Sejarah Quality Management System 

Quality Management System (Sistem Manajemen Mutu) merupakan sistem yang telah mengalami perkembangan yang sangat panjang. Pada awalnya kualitas dikenal hanya secara kualitatif. Tak ada penanda produsen dan mutu seperti merek hingga akhir abad ke 17. Setelah dikenalnya merk, adanya kebiasaan untuk memelihara reputasi (kualitas) yang baik dengan menggunakan merk. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkembangan pada Quality Management System ialah semakin meningkatnya skala produksi; semakin rumitnya proses produksi, semakin meningkatnya permintaan dan persyaratan konsumen, dan teknologi yang semakin maju. 

Perkembangan QMS meliputi tahapan evolusi sebagai berikut, 
  1. Operator Quality Control (1900)
  2. Foreman (1918)
  3. Inspector (1937)
  4. Quality Assurance (1960)
  5. Total Quality Management (1980)

Evolusi Quality Management System

Tahap Operator Quality Control

Tahap ini merupakan tahap dimana operator yang membuat produk melakukan pengawasan kualitas produksi itu sendiri. Contohnya ialah karyawan yang memproduksi roti bertanggung jawab membuat dan memeriksa roti yang dihasilkan sehingga tidak ada produk reject yang dihasilkan. 

Tahap ini ditandai oleh, 
  1. Jumlah produksi yang masih sangat sedikit. 
  2. Sekelompok kecil orang membuat produk secara utuh. 
  3. Karyawan melakukan seluruh pekerjaan dari awal hingga akhir. 

Foreman Quality Control

Pada tahap ini, mulai dikenal adanya spesialisasi. Karyawan bertanggung jawab melakukan satu pekerjaan, seperti mixing adonan, dividing, atau baking saja. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya permintaan produk sehingga tidak efisien bila karyawan menghandle semua pekerjaan. 

Tahap ini ditandai oleh, 
  1. Jumlah produksi yang semakin meningkat, tidak hanya untuk memenuhi pesanan tetapi mulai diproduksi secara massal. 
  2. Proses produksi diawasi oleh mandor. 
  3. Adanya spesialisasi/pembagian jenis pekerjaan.

Inspection Quality Control

Jumlah karyawan yang semakin besar tidak mampu ditangani oleh mandor. Oleh sebab itu, ada spesialisasi atasan langsung karyawan. Pada tahap ini juga terjadi perkembangan organisasi perusahaan seiring bertambahnya bagian-bagian khusus dalam  perusahaan. 

Tahap ini ditantai oleh, 
  1. Sistem produksi yang semakin kompleks. 
  2. Skala produksi semakin membesar. 
  3. Terjadi banyak gangguan pada mutu produk. 
  4. Organisasi/bagian inspeksi dipisahkan dari bagian produksi
  5. Adanya full time inspector.

Statistic Quality Control

Jumlah produksi yang jauh meningkat menyebabkan pemeriksaan secara total tidak mungkin dilakukan. Pemerisakan produk dilakukan secara sampling dengan jumlah yang mewakili populasi. Adanya sampling ini cukup membantu perusahaan dalam mengendalikan mutu produk. Akan tetapi, tahap ini belum cukup untuk dikatakan sebagai sistem. Penerapan tahap ini hanya sekedar mengendalikan penyimpangan-penyimpanan yang terjadi, tidak ada perencanaan secara menyeluruh. 

Quality Assurance

Tahap ini merupakan konsep awal dari Total Quality Management. Pada tahap ini, pemeriksaan mutu produk dijamin tidak hanya pada proses produksi saja tetapi lebih kompleks dan menyeluruh. Pemeriksaan mutu produk dimulai dari perencanaan, perancangan proses, pengadaan barang, hingga produk sampai ke tangan konsumen

Tahap ini ditandai oleh, 
  1. Pengendalain mutu produk dimulai dari pengadaan hingga produk sampai ke tangan konsumen. 
  2. Statistic quality control tetap berjalan. 
  3. Adanya aspek perencanaan, perancangan, koordinasi, pengendalalian, monitoring dan evaluasi. 
  4. Aspek quality masih menjadi tanggung jawab bagian QC. 

Total Quality Management 

Konsep ini awalnya dikembangkan oleh Armand V. Figenbaum. Tahap ini ditandai dengan mutu produk menjadi tanggung jawab seluruh karyawan/divisi dalam perusahaan. Selain itu, adanya standar di seluruh kegiatan dalam sistem manajemen mutu mulai dari kebijakan  mutu hingga form pemeriksaan yang digunakan di produksi. Pada tahap ini, seluruh bagian sadar bahwa mutu diciptakan bukan hanya oleh bagian quality tetapi oleh semua bagian. Oleh karena itu, bila terjadi penyimpangan-penyimpangan mutu tidak akan ada ego sentral oleh masing-masing bagian.